“O, Yang Mulia Ratu Marcella dari Modom, ratuku yang bijak, El Magnificente, yang kecantikannya tiada lain padang rembulan, keningnya kebun Elysian, bibirnya serekah mawar, keadilannya semurni salju, matanya pualam, kulitnya mutiara, dan betapa kerendahan hatinya hanya semakin memancarkan semua keindahan yang ada di dunia ini. Ijinkan hamba, Harle de la Ercilla, dengan segala kejujuran dan kerendahanhati memulai gala dari desa hamba ini! La Ercilla yang sederhana.”
Rocinantes tahu betul ketika seseorang tengah menjilat. Sang Ratu Marcella, yang badannya sebesar kuda perang dan sekujur kulit wajahnya ditutupi jerawat sebesar biji anggur, mengangguk-angguk sambil tertawa senang. Dia menerima semua pujian itu seolah-olah menganggap bahwa dirinya memang secantik dan semahsyur yang dikatakan sang pembawa acara. Rocinantes membenci ini. Sangat-sangat benci.
Sosok kecil tersebut, yang mengaku bernama Harle de la Ercilla, si badut pertunjukkan keliling, mulai menginstruksikan teman-temannya yang lain; Vivaldo yang berambut gondrong membuka tirai besar berwarna merah; si kakak-beradik Guillermo, berdua mengangkat kotak kayu besar ke dalam tirai itu. Terakhir, Gines de Novario yang sebesar raksasa mengangkat Harle tinggi-tinggi dengan kedua tangan kekarnya. Harle melambai-lambai ke arah semua penonton. Mereka semua bersorak kepadanya. Kemudian, Harle dimasukkan ke dalam kotak kayu dan diikat kencang dari luar.
Guillermo sang kakak, menyiram kotak kayu tersebut dengan minyak tanah. Darah penonton berdesir dibuatnya menantikan apa yang akan terjadi kemudian. Benar saja, Guillermo sang adik, secara ajaib mengeluarkan api dari jemarinya. Dia menunjukkannya ke Ratu Marcella, lalu ke wajah semua penonton, meyakinkan mereka bahwa itu benar-benar kobaran api asli yang sanggup membakar apapun.
“Saksikanlah dahsyatnya kekuatan sihir dari kami para gipsi, saudara-saudara sekalian!” jerit Guillermo bersaudara serempak. Riuh penonton menjalar sampai ke balkon atas, di mana tamu-tamu penting dan petinggi kerajaan berkumpul. Rocinantes tak terhibur sama sekali. Dia tahu, tidak ada sihir di dunia ini. Tidak pernah ada yang namanya sihir. Semua hanya omong kosong para pengelana gipsi yang harus menipu untuk mendapatkan makan.
Yang dinanti-nanti pun tiba, kotak kayu yang berisi Harle de la Ercilla disulut menggunakan api. Nyala merah berkobar dengan cepat. Tirai yang menutup kotak itu terbakar habis hingga mengubahnya menjadi kain jelek berwarna hitam legam. Ratu Marcella bahkan bangkit dari kursi emasnya dan memandang ke tengah aula. Ke tempat kotak kayu yang berisi tubuh Harle de la Ercilla.
Api tetap menyala selama beberapa saat. Kemudian padam sendirinya. Napas penonton tertahan di kerongkongan. Gines de Novario membuka ikatan kotak kayu dibantu Guillermo bersaudara dan Vivaldo. Kelompok sirkus itu agaknya terlalu terburu-buru melakukannya. Penonton menduga, terjadi kesalahan dengan pertunjukkan ini. Hingga menyebabkan Harle si badut celaka!
Tetapi, sesaat ketika keriuhan di aula mulai menggema, Harle de la Ercilla muncul secara magis dari dalam kotak yang telah melepuh. Dia melompat dan merentangkan tangannya lebar-lebar. Topi kerucut bercabangnya bergerak-gerak lucu ketika dia melompat sambil tersenyum riang. Penonton bertepuk tangan dengan meriah, Ratu Marcella tertawa dengan keras sampai-sampai suaranya terdengar seperti kuda nil sekarat. Agaknya pertunjukkan sirkus keliling itu kali ini benar-benar menghibur semua penonton.
“Terimakasih terimakasih. Beribu-ribu terimakasih, senor dan senorita sekalian!” seru Harle. “Terimakasih hamba haturkan sebab telah memberi kami kesempatan tampil, Yang Mulia Ratu, hamba berharap anda merasa bahagia.”
Ratu Marcella memanggil Harle de la Ercilla ke hadapannya. Dia memegang topi badut kecil itu sambil tertawa. Dia berkata, Harle dan kelompoknya harus tinggal di istana selama mungkin supaya mereka bisa tetap menghibur sang ratu. Sebab badut istana yang lama sudah tak lucu lagi dan benar-benar membosankan.
Rocinantes sakit hati mendengar itu. Dia adalah badut lama yang dimaksud. Semua orang di aula memang terhibur. Tetapi tidak dengan Rocinantes. Di kepalanya, dia tahu semua hanyalah panggung ilusi dan kemunafikan para gipsi. Jika ada hal yang paling dia benci di dunia ini, itu adalah para pengelana gipsi yang gemar menipu.
Setelah pertunjukkan usai, Rocinantes berjalan lemas ke kamar pribadinya. Dia melepaskan jubah merah-garisnya. Sambil bersungut-sungut dia menatap cermin besar yang biasa dia gunakan untuk berdandan sebelum naik panggung. Tapi dia sudah jarang melakukannya karena para gipsi pengelana itu kini merebut pekerjaannya. Orang-orang keparat itu!
“Kalau saja mereka tahu tak ada yang namanya sihir gipsi atau keajaiban gipsi,” gumam Rocinantes pada diri sendiri. “Yang ada cuma trik tipuan murahan. Trik dan tipuan murahan. Karena hanya itu yang bisa mereka lakukan!”
Badut tua itu duduk terpekur di kursi. Di kepalanya hanya terlintas Harle de la Ercilla. Badut kecil yang wajahnya dicat putih. Sementara kelopak mata dan hidungnya menyala merah terang. Dia membenci itu, tiap kali dia mengingat Harle melompat-lompat sambil tertawa riang di atas sepatu lancip konyolnya. Dia membenci Vivaldo, anggota lain kelompok sirkus itu, juga Guillermo bersaudara, dan Gines de Novario si raksasa. Dia membenci apapun tentang para bedebah itu.
Mendadak sebuah pikiran bengis menghampirinya. Dia berpikir untuk menyingkirkan si tengil Harle dan kelompok sirkusnya dari istana jauh-jauh. Tapi dia tak tahu bagaimana caranya dia akan melakukan itu. Harle de la Ercilla sangat disayang oleh ratu belakangan ini dan itu membuat keamanan mereka benar-benar dijamin. Memikirkan ini membuat kepala Rocinantes sakit.
Tiba-tiba, dia mendapatkan ide.
Sehari sebelum kelompok sirkus Harle de la Ercilla dijadwalkan tampil, Rocinantes mendatangi mereka di belakang panggung.
“Ada apakah gerangan, senor? Anda memerlukan sesuatu dari kami?” tanya Harle. Suara melengkingnya menyakiti telinga Rocinantes.
“Ah,” Rocinantes tergagap. Dia tak pernah melakukan hal sekotor ini sebelumnya dan sekarang dia merasa gugup. “Aku cuma hendak menyampaikan jika permainan kalian betul-betul hebat tempo hari! Maksudku, kalian memang selalu tampil baik setiap waktu. Sungguh.”
“Terimakasih, senor.” Berlama-lama menatap wajah warna-warni Harle de la Ercilla membuat Rocinantes mual.
“Aku cuma ingin tahu, yah, kalian tahu kalau aku sudah cukup lama tak naik panggung dan sekarang aku mulai merindukannya. Aku ingin kita melakukan sebuah pertunjukkan kolaborasi. Meski hanya sekali saja. Kalian tahu, mengolaborasikan pengalamanku dan keajaiban pertunjukkan kalian!” Rocinantes hampir muntah mengatakannya. Dia tahu semua rahasia keberhasilan mereka hanyalah serentetan perhitungan matang. Tipuan yang sudah dilakukan berkali-kali. Tak ada mitos kekuatan sihir yang dimiliki para pengelana gipsi.
“Bagaimana, ya?” Harle menatap teman-temannya yang lain. Tetapi mereka tak memberi jawaban apapun. Akhirnya, Harle de la Ercilla menyetujui permintaan Rocinantes.
“Kupikir kita bakal menampilkan sesuatu yang benar-benar menarik, senor!”
Hari pertunjukkan tiba. Tetapi kali ini berbeda kareta Ratu Marcella dari Modom tengah berulang-tahun dan mereka mesti menyiapkan sesuatu yang spesial. Makanan dihidangkan untuk para tamu dan pesuruh kerajaan menyiapkan seekor babi utuh untuk sang ratu seorang. Aula penuh sesak seperti biasa. Penonton menunggu sihir apa yang bakal ditunjukkan Harle de la Ercilla dan teman-temannya. Rocinantes menunggu sebuah akhir.
Harle telah bertarung dengan seekor harimau Andalusia, dipanah menggunakan busur api, dan dicemplungkan ke dalam wadah air mendidih tanpa udara. Tetapi dia selalu selamat. Hari ini, Rocinantes akan memastikan kalau hal itu tak akan terjadi lagi.
Ketika puncak acara dimulai, Rocinantes bersiap di tempatnya. Melihat Harle de la Ercilla yang sekarang tengah diangkat Gines untuk dimasukkan ke dalam kotak kayu. Rocinantes kebagian tugas mengikat. Bintang kemujuran agaknya memihak pada dirinya. Ketika Gines de Novario memasukkan Harle ke dalam kotak, Rocinantes mengikatnya dengan erat. Tidak seperti yang dikatakan oleh pengelana sirkus itu agar dia mengikat dengan longgar saja, Rocinantes membuat simpul mati. Dia mengencangkan talinya sampai tidak ada ruang tersisa untuk kabur.
Setelahnya, dia menyingkir ke samping dan menyaksikan ketika kakak-beradik Guillermo mulai menyalakan api di bawah kotak kayu itu. Nyala api mulai terlihat. Napas penonton terputus-putus. Tetapi Rocinantes tidak demikian. Ini adalah akhir yang pantas untuk Harle de la Ercilla. Dia akan terpanggang hidup-hidup di dalam kotak kayu itu. Dan Rocinantes akan dengan mudah menghindari pertanyaan Ratu Marcella di kemudian hari dengan mengatakan bahwa itu kesalahan kelompok.
Harle menjerit dari dalam kotak. Penonton tersentak. Rocinantes pun demikian. Dia mengasihani dirinya sendiri karena melakukan hal menjijikkan seperti ini.
Ketika api mulai padam, kotak kayu itu masih tetap seperti sedia kala. Tali sudah dilepaskan oleh Gines tetapi Harle tak kunjung keluar. Ratu menunggu wajah ceria Harle de la Ercilla yang dengan tiba-tiba melompat dari dasar kotak, tetapi hal tersebut tak pernah terjadi. Tidak ada topi kerucut bercabang, tidak ada sepatu lancip, tidak ada wajah Harle yang dicoret-coret cat berwarna. Yang ada hanya kesunyian yang panjang.
Ratu Marcella bangkit dari kursi emasnya. Suara kasak-kusuk mulai terdengar dari bangku penonton. “Apa yang terjadi? Apa mereka melakukan suatu kesalahan?” “Ke mana si badut?” “Demi iblis terkutuk! seseorang baru saja mati terpanggang di dalam istana Modom! Di dalam istana Modom!”
Suara tawa melengking Harle de la Ercilla tiba-tiba terdengar dari balkon atas. Di puncak sana, dia tampak berdiri di atas pagar pembatas di depan para petinggi kerajaan. Masih dengan topi kerucut dan suaranya yang nyaring. Badut kecil itu melompat dari ketinggian dan mendarat dengan mulus. Kemudian, dia merentangkan tangannya dan memberi hormat pada semua penonton. Seakan-akan ini hanyalah sebuah keberhasilan lainnya. Gemuruh tepuk tangan mulai menyebar.
“Terimakasih terimakasih. Beribu-ribu terimakasih, senor dan senorita sekalian,” seru Harle. “Terimakasih hamba haturkan sebab telah memberi kami kesempatan tampil, Yang Mulia Ratu, hamba berharap anda merasa bahagia.”
Ratu Marcella tertawa keras. Suaranya terdengar sampai ke pojok istana seperti kuda jantan yang mengerang. Kemudian, dia melanjutkan menyantap hidangan babinya.
“Tapi tunggu!” Harle de la Ercilla mengacungkan telunjuk. “Sebelum itu, kami akan memberikan sebuah pertunjukkan lain sebagai penutup. Datangnya dari Rocinantes!”
“Ayo, senor.” Harle mendorong punggung Rocinantes menggunakan kedua tangannya.
Rocinantes berusaha menolak. Tapi tepuk tangan penonton seolah-olah mengharuskannya meneruskan pertunjukkan.
Sebelum dimasukkan ke dalam kotak, Rocinantes sempat melihat wajah Vivaldo, kakak-beradik Guillermo, Gines, dan Harle yang tersenyum padanya.
“Bagaimana … bagaimana kau bisa lolos?”
Kata Harle de la Ercilla “Sihir pengelana gipsi, senor. Anda pasti sudah dengar kemashurannya.”
No comments:
Post a Comment
Creepypasta Indonesia, Riddle Indonesia, Cerita Seram, Cerita Hantu, Horror Story, Scary Story, Creepypasta, Riddle, Urban Legend, Creepy Story, Best Creepypasta, Best Riddle, short creepy pasta, creepypasta pendek, creepypasta singkat