Pacarku meninggal pada 7 Agustus 2012. Dia terlibat dalam kecelakaan 3 mobil saat pulang kerja ketika ada seseorang yang menerobos lampu merah. Dia tewas dalam hitungan menit di TKP.
Kami sudah bersama selama 5 tahun saat itu. Dia tidak terlalu memikirkan pernikahan (terasa kuno, katanya, membuatnya merasakan gelenyar aneh), tapi jika dia mau, aku pasti sudah menikahinya sejak tiga bulan hubungan kami. Dia sangat bersemangat; tipe gadis yang akan selalu memilih tantangan. Dia paling bahagia saat kemping, tapi juga seorang technophile—penggemar teknologi. Dia selalu beraroma seperti kayu manis.
Cukup dikatakan, dia tidak sempurna. Dia selalu mengatakan hal semacam, “Jika aku mati duluan, jangan hanya mengatakan hal baik tentangku. Aku tak suka. Jika kau tak menurutiku, kau yang rugi. Aku punya banyak kekurangan, dan itu adalah bagian dari diriku.” Jadi, ini untuk Em: musik yang katanya dia sukai dan musik yang memang dia sukai sangat berbeda. Cara dia menunjukkan kasih sayang adalah memeluk dari samping. Dia punya jari yang sangat panjang, seperti simpanse.
Aku tahu memang berhubungan, tapi aku tak suka membicarakan dia tanpa kalian tahu dirinya yang sesungguhnya.
Intinya, Em sudah meninggal selama hampir 13 bulan saat pertama kali dia mengirim pesan padaku.
Emily:
hello
Nathan:
Siapa ini?
Aneh sekali mendapat pesan dari akun Emily
Nathan:
??
oke, baiklah
selanjutnya, tolong kirim pesan dari akunmu jika ingin membicarakan halaman miliknya
Emily:
hello
Nathan:
Susan? Kau di akunnya Emily
hello
Nathan:
Siapa ini?
Aneh sekali mendapat pesan dari akun Emily
Nathan:
??
oke, baiklah
selanjutnya, tolong kirim pesan dari akunmu jika ingin membicarakan halaman miliknya
Emily:
hello
Nathan:
Susan? Kau di akunnya Emily
Ini saat semua dimulai. Aku membiarkan akun Facebook Emily aktif agar bisa mengiriminya pesan sekali-sekali, menulis di dindingnya, melihat album-albumnya. Aku merasa sudah di penghujung waktu untuk mengenangnya (dan melupakannya). Aku ‘berbagi’ akses dengan ibunya (Susan)—yang artinya, ibunya punya akses login dan password dan telah menghabiskan sekitar 3 menit di website (atau di komputer). Setelah sedikit kebingungan, kupikir itu adalah dirinya.
16 November 2013.
Emily:
hello
ayo keluar Minggu ini
Nathan:
Siapa ini?
Emily:
the wheels on the bus
Nathan:
Tolong katakan siapa dirimu
hello
ayo keluar Minggu ini
Nathan:
Siapa ini?
Emily:
the wheels on the bus
Nathan:
Tolong katakan siapa dirimu
Aku langsung mengetahui bahwa siapapun yang mengobrol denganku hanya memposting ulang obrolanku dengan Emily dahulu.
Komen ‘the wheels on the bus’ adalah saat kami mendiskusikan lagu yang akan kami mainkan di perjalanan yang tak pernah terwujud. ‘hello’ ditulis jutaan kali.
Sekitar Februari 2014, Emily mulai mengetag dirinya sendiri di fotoku. Aku akan mendapat notifikasinya, tapi tagnya akan langsung dihilangkan begitu aku mengeceknya. Pertama kalinya aku memergoki satu, rasanya seperti seseorang baru saja menonjok perutku. ‘Dia’ akan mengetag dirinya sendiri di lokasi yang masuk akal menjadi tempat Emily berada, atau di tempat biasanya dia nongkrong. Aku punya dua screenshotnya (dari April dan Juni; hanya ini yang kupergoki, jadi mungkin akan keluar dari garis waktu yang ingin kutulis):
http://i.imgur.com/X9G5agJ.png
http://i.imgur.com/55FwXKt.png
Pada periode itu, aku mulai tak bisa tidur. Aku terlalu marah untuk tidur.
Dia akan mengetag dirinya di foto secara acak setiap beberapa minggu. Beberapa teman yang mengetahuinya berpikir itu adalah bug yang menjengkelkan; aku baru saja tahu bahwa ada teman yang juga mengetahuinya dan tidak berkata apa-apa. Beberapa dari mereka sudah menghapusku dari daftar pertemanan Facebook.
Sampai di sini, beberapa dari kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku tak mematikan saja profil Facebookku. Kuharap aku bisa. Aku melakukannya sebentar. Di hari ketika aku tak bisa keluar, senang rasanya punya teman yang bisa diajak ngobrol. Senang rasanya mengunjungi halaman Em pada saat lingkaran hijau tak ada di samping namanya. Aku sudah menjadi orang yang tertutup saat Em masih hidup; kematiannya mengubah diriku menjadi nyaris seperti pertapa, dan Facebook serta MMOs adalah satu-satunya tempatku bersosial.
Pada 15 Maret, aku mengirim pesan pada orang yang kukira peretas pesan Em.
Nathan:
Kenapa kau lakukan ini?
Kenapa kau terus mengetag dirinya?
Kenapa kau lakukan ini?
Kenapa kau terus mengetag dirinya?
Pada 25 Maret, aku mendapat balasan.
Emily:
hello
Emily:
hello
hello
Emily:
hello
Nathan:
Ini sangat menyiksaku.
Aku tak tahu kenapa kau menikmatinya.
Emily:
omg lilin aroma kayu manis
Nathan:
enyahlah
Emily:
Kenapa kau lakukan ini?
hello
Emily:
hello
hello
Emily:
hello
Nathan:
Ini sangat menyiksaku.
Aku tak tahu kenapa kau menikmatinya.
Emily:
omg lilin aroma kayu manis
Nathan:
enyahlah
Emily:
Kenapa kau lakukan ini?
Tanggapanku agaknya kurang bersemangat di sini. Aku dengan sengaja membuat ‘pancingan’ emosional (‘Ini sangat menyiksaku.’) untuk membuatnya tetap bersemangat pada permainannya; aku melakukannya dengan asumsi bahwa orang yang mau melakukan ini pastilah orang yang senang atas kesusahan orang lain. Aku mengepost di forum tekno, mencari tahu cara melacak orang ini, menghubungi Facebook. Aku harus tetap menahan si pelaku agar bisa mengumpulkan ‘bukti’.
Sebelum ada yang menjawab, ya, aku sudah mengubah password dan semua info keamanan tak terhitung banyaknya.
16 April. Aku menerima ini.
Emily:
Kenapa kau lakukan ini?
Emily:
kita harus membuat selai kita sendiri
astaga Samantha :/
nggak, beda
tak bisa lewat
tak bisa lewat
berapa banyak?
pintu samping garasi
geser
l*
tak bisa lewat
Kenapa kau lakukan ini?
Emily:
kita harus membuat selai kita sendiri
astaga Samantha :/
nggak, beda
tak bisa lewat
tak bisa lewat
berapa banyak?
pintu samping garasi
geser
l*
tak bisa lewat
Terlihat seperti gado-gado. Seperti semua percakapan kami sejauh ini, ini hanya pengulangan dari pesan yang pernah dikirm Em.
29 April.
Emily:
kacang panggang di pemanggang
Aku tak tahu. Aku Cuma bilang ‘yo tanya Nathan’
Nathan’
Nathan’
Nathan
Nathan:
Aku tak tahu apa yang terjadi
Aku tak tahu kenapa kau masih melakukan ini
kumohon hentikan
Emily:
kumohon hentikan
Aku tak tahu apa yang terjadi
Nathan
Aku tak tahu apa yang terjadi
kacang panggang di pemanggang
Aku tak tahu. Aku Cuma bilang ‘yo tanya Nathan’
Nathan’
Nathan’
Nathan
Nathan:
Aku tak tahu apa yang terjadi
Aku tak tahu kenapa kau masih melakukan ini
kumohon hentikan
Emily:
kumohon hentikan
Aku tak tahu apa yang terjadi
Nathan
Aku tak tahu apa yang terjadi
Beberapa pesan terakhirnya mulai membuatku takut, tapi aku tak akan mengakuinya untuk saat ini.
8 Mei. Aku sungguh tak punya kata untuk ini.
Emily:
I*
I*
-12
-15
Emily:
jumperku di dalam pengering dan sangat dingin di luar :(
sangat dingin di luar
dingin
dingin
Nathan
tolong hentikan
I*
dingin
FRE EZIN G
Aku tak tahu apa yang terjadi
I*
I*
-12
-15
Emily:
jumperku di dalam pengering dan sangat dingin di luar :(
sangat dingin di luar
dingin
dingin
Nathan
tolong hentikan
I*
dingin
FRE EZIN G
Aku tak tahu apa yang terjadi
24 Mei.
Nathan:
Aku sangat mabuk
Aku merindukanku
Siapapun di akun ini, aku tak peduli
Aku selalu pulang kerja dan berharap untuk bertemu denganmu di komputer
haruskah aku mulai membiasakannya sekarang?
Emily:
biar kubantu berjalan
Aku sangat mabuk
Aku merindukanku
Siapapun di akun ini, aku tak peduli
Aku selalu pulang kerja dan berharap untuk bertemu denganmu di komputer
haruskah aku mulai membiasakannya sekarang?
Emily:
biar kubantu berjalan
Aku tidak benar-benar mabuk. Dia bukanlah gadis pengasih, dan dia selalu malu untuk mengucapkan ‘i love you’, pelukan, berbicara soal seberapa berartinya diri kami masing-masing. Dia lebih nyaman dengan semua itu saat aku sedang mabuk. Aku sering pura-pura mabuk.
Jawaban inilah yang membuatku memutuskan untuk mememorial halamannya, mungkin ini bisa membantu mengandalikan perilaku ini. Terlihat tidak berbahaya jika dibandingkan dengan pesan-pesan sebelumnya—ini di-paste dari percakapan lama sewaktu aku berusaha meyakinkan dirinya untuk membiarkanku mengantarnya pulang dari rumah seorang teman.
Dalam tabrakan itu, dasbor mobil menggencet tubuhnya. Tubuhnya terputus dalam garis diagonal dari pinggang kanannya ke tengah paha kirinya. Salah satu tungkainya ditemukan terselip di bawah kursi belakang.
Ke masa lalu. 7 Agustus 2012.
Nathan:
Hei, kau sedang dalam perjalanan?
Emily?
Nathan:
Jika sudah membaca pesan ini tolong telepon aku
Langsung
Aku menelepon dan mereka bilang kau pergi pukul 16
Aku mulai panik
Perutku mual. Tolong tolong telepon aku
Nathan:
Emily
Emily
Jawab teleponmu
Hei, kau sedang dalam perjalanan?
Emily?
Nathan:
Jika sudah membaca pesan ini tolong telepon aku
Langsung
Aku menelepon dan mereka bilang kau pergi pukul 16
Aku mulai panik
Perutku mual. Tolong tolong telepon aku
Nathan:
Emily
Emily
Jawab teleponmu
Kemarin. 1 Juli 2014.
Emily Memorial:
Hei, kau sedang dalam perjalanan?
Emily Memorial:
Emily
Emily Memorial:
Saat kau membaca pesan ini tolong telepon aku
Langsung
kumohon hentikan
Aku menelepon dan mereka bilang kau pergi jam 17
Aku mulai panik
kumohon hentikan
dingin
Emily Memorial:
Emily
Emily
Jawab teleponmu
Aku tak tahu apa yang terjadi
dingin
FREEZING
Hei, kau sedang dalam perjalanan?
Emily Memorial:
Emily
Emily Memorial:
Saat kau membaca pesan ini tolong telepon aku
Langsung
kumohon hentikan
Aku menelepon dan mereka bilang kau pergi jam 17
Aku mulai panik
kumohon hentikan
dingin
Emily Memorial:
Emily
Emily
Jawab teleponmu
Aku tak tahu apa yang terjadi
dingin
FREEZING
Aku tak tahu apa lagi yang harus kulakukan. Haruskah kumatikan halaman memorialnya? Bagaimana jika itu benar dirinya? Aku mau muntah. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi.
Aku baru saja mendengar bunyi notifikasi Facebook. Aku terlalu takut untuk berganti jendela dan memeriksanya.